Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Kamis, 27 Januari 2011

Asuhan Persalinan Normal

Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala), dari rahim ibu melalui jalan lahir (baik jalan lahir lunak maupun kasar), dengan tenaga ibu sendiri (tidak ada intervensi dari luar).
Dalam persalinan terdapat 4 kala persalinan.

1. kala 1 persalinan
dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.

fase kala 1 persalinan
1.  fase laten
· dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm
· kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik
· tidak terlalu mules
2.  fase aktif
· kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit
· lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mules
· pembukaan dari 4 cm sampai lengkap(10cm)
· terdapat penurunan bagian terbawah janin

Persiapan
· ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir
· perlengkapan dan obat esensial
· rujukan (bila diperlukan)
· asuhan sayang ibu dalam kala 1
· upaya pencegahan infeksi yang diperlukan


Asuhan Sayang Ibu
  • memberi dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus bangga dan mensyukuri anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT dan optimis bahwa ibu bisa mendidik anak dengan baik
· mengatur posisi yang nyaman bagi ibu
· cukup asupan cairan dan nutrisi
· keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
· penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai

Yang tidak dianjurkan
· kateterisasi rutin
· periksa dalam berulang kali (tanpa indikasi yang jelas)
  • mengharuskan ibu pada posisi tertentu dan membatasi mobilisasi (pergerakan)
  • memberikan informasi yang tidak akurat atau berlawanan dengan kenyatan
Mengosongkan kandung kemih
· memfasilitasi kemajuan persalinan
· memberi rasa nyaman bagi ibu
· mengurangi gangguan kontraksi
· mengurangi penyulit pada distosia bahu (bahu besar/lebar)
  • bila dilakukan sendiri dapat mencegah terjadinya infeksi akibat trauma atau iritasi
Anamnesis/wawancara
· Identifikasi klien (biodata)
  • gravida (kehamilan), para (persalinan), abortus (keguguran), jumlan anak yang hidup
· HPHT (Hari Pertama Haid yang Terakhir)
· taksiran persalinan
· riwayat penyakit (sebelum dan selama kehamilan) termasuk alergi
· riwayat persalinan

Periksa abdomen
· tinggi fundus uteri (TFU)
· menentukan presentasi dan letak janin
· menentukan penurunan bagian terbawah janin
· memantau denyut jantung janin (DJJ)
· menilai kontraksi uterus

Periksa dalam (PD)
· tentukan konsistensi dan pendataran serviks (termasuk kondisi jalan lahir)
· mengukur besarnya pembukaan
· menilai selaput ketuban
  • menentukan presentasi dan seberapa jauh bagian terbawah telah melalui jalan lahir
· menentukan denominator (petunjuk)

Riwayat yang harus diperhatikan
· pernah bedah sesar (sectio cesarea)
· riwayat perdarahan berulang
· prematuritas  atau tidak cukup bulan
· ketuban pecah dini (ketuban pecah sebelum waktunya)
· pewarnaan mekonium cairan ketuban
· infeksi ante atau intrapartum
· hipertensi
· tinggi badan dibawah 140 (resiko panggul sempit)
· adanya gawat janin
· primipara dengan bagian terbawah masih tinggi
· malpresentasi atau malposisi
· tali pusat menumbung
· keadaan umum jelek atau syok
· inersia uteri atau fase laten memanjang
· partus lama

Partograf
instrumen untuk memantau kemajuan persalinan, data untuk membuat keputusan klinik dan dokumentasi asuhan persalinan yang diberikan oleh seorang penolong persalinan.

Memberikan asuhan persalinan pada kala 1

1.  perubahan fisiologis dan psikologis pada kala 1
· perubahan.fisiologis                                                                                         
beberapa perubahan yang terjadi pada masa persalinan, yaitu:       

Tekanan Darah TD meningkat, sistolik rata-rata naik 10-20mmHg, diastolik 5-10mmHg, antara kontraksi TD normal. rasa sakit, cemas, dapat meningkatkan TD      
              
 Metabolisme Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan oleh kecemasan dan aktivitas otot skeletal. peningkatan ini ditandai adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yanghilang.                                                                                                       

 Suhu tubuh suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5-1C) karena peningkatan metabolisme terutama selama dan segera setelah persalinan.    
                     
Detak Jantung Detak jantung akan meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan metabolisme. sedangkan antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan sedikit dibanding sebelum persalinan.                                 
                
Pernafasan Terjadi peningkatan laju pernafasan berhubungan dengan peningkatan metabolisme. hipeventilasi yang lama dapat menyebabkan alkalosis.

Perubahan pada ginjal
poliuri(jumlah urin lebih dari normal) sering terjadi selama persalinan, disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal. proteinuria dianggap gejala normal selama persalinan

Perubahan Gastro Intastinal (GI)
motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial berkurang banyak selama persalian. pengeluaramn getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi lambat. cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. mual dan muntah sering terjadi sampai akhir kala I.       

PerubahanHematologi hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100ml selama persalianan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali pada perdarahan postpartum
2. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh:
· pengalaman sebelumnya
· kesiapan emosi
· persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
· support sistem
· lingkungan
· mekanisme koping
· kultur
· sikap terhadap kehamilan

Masalah psikologis yang mungkin terjadi
# kecemasan menghadapi persalinan
intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik2 relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus

# kurang pengetahuan tentang proses persalinan
intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent
# kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)
intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung

Pengurangan Rasa Sakit (pain relief)
berdasarkan hasil penelitian, pemebrian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal.
metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu.
menurut Varney, pendekatan untuk  mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:
· menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang tua)
· pengaturan posisi :duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri
· relaksasi dan pernafasan
· istirahat dan privasi
· penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan
· asuhan diri
· sentuhan

beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit
· kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang memberikan support
· perubahan posisi dan pergerakan
· sentuhan dan massase
· counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen
· pijatan ganda pada pinggul
· penekanan pada lutut
· kompres hangat dan kompres dingin
· berendam
· pengeluaran suara
· visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa)
· musik yang lembut dan menyenangkan ibu

Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis  ibu dan keluarga
a. mengatur posisi
anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan, anjurkan suami atau pendamping untuk membantu ibu mengatur posisi. ibu boleh berjalan, berdiri atau jongkok (membantu proses turunnya bagian terendah janin). berbaring miring (memberi rasa santai, memberi oksigenisasi yang baik ke janin, mencegah laserasi) atau merangkak(mempercepat rotasi kepala janin, peregangan minimal pada perineum, baik pada ibu yang mengeluh sakit punggung). posisi terlentang kurang dianjurkan karena dapat menyebabkan menurunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada terjadinya hipoksia janin.
b. pemberian cairan dan nutrisi
berikan ibu asupan makanan ringan dan minum aior sesering mungkin agar tidak terjadi dehidrasi. dehidrasi dapat memperlambat kontraksi/ kontraksi menjadi kurang efektik

Eliminasi
Buang Air Kecil (BAK)
anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin setiap 2 jam sekali atau lebih sering atau jika kandung kemih penuh. anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, jangan dilakukan kateterisasi kecuali ibu tidak dapat berkemih secara normal. tindakan kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan resiko infeksi serta perlukaan pada kandung kemih.
kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan:
· memperlambat turunnya bagian terendah janin
· menimbulkan rasa tidak nyaman
· meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri
· mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
· meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan

Buang Air Besar (BAB)
anjurkan ibu untuk BAB jika perlu. jika ibu ingin merasakan BAB saat fase aktif harus dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan diperbolehkan BAB di kamar mandi
tindakan klisma tidak dianjurkan dilakukan secara rutin karena dapat meningkatkan jumlah feses yang keluar pada kala II dan dapat meningkatkan resiko infeksi.
Mencegah Infeksi
menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. kepatuhan dalam menjalankan praktek2 pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong dan keluarga dari resiko infeksi
anjurkan ibu untuk mandi dan mengenakan pakaian yang bersih sebelum persalinan. anjurkan pada keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan ibu atau bayi baru lahir(BBL)
gunakan alat2 steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan sarung tangan pada saat diperlukan dalam melakukan pertolongan persalinan.

batasan persalinan kala II
dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin.

tanda gejala kala II
· ibu ingin meneran (dorongan meneran/doran)
· perineum menonjol (perjol)
· vulva membuka (vulka)
· tekanan anus (teknus)
· meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
· kepala telah turun di dasar panggul

diagnosis pasti
· pembukaan lengkap
· kepala bayi terlihat pada introitus vagina
Fase kala II (Aderhold dan robert)

Persalinan


Sekarang posisi bayi sudah di bawah, masuk ke kanal kelahiran, biasanya dengan kepala di bawah mengarah ke leher rahim yang sudah terbuka. Anda akan merasakan uterus berkontraksi untuk membantu bayi membuka jalan menuju dunia luar. Pada waktu kontraksi terasa, itulah saatnya mengejan. Dengarkanlah desakan hati anda.

Menunggu sinyal dari tubuh untuk mengejan akan sangat membantu kelahiran. (Jika anda mendapat epidural untuk mengurangi rasa sakit, desakan hati untuk mengejan akan berkurang.)
Mengejan adalah kerja keras, wajah anda akan memerah dan tubuh basah oleh keringat. Dengan setiap kontraksi dan setiap kali mengejan maka kepala bayi keluar sedikit demi sedikit melalui liang vagina. Kepala bayi mungkin masuk kembali antara setiap kontraksi tetapi segera menyembul kembali.

 Di tahap ini, kontraksi dapat terjadi setiap 1 sampai 3 menit dengan waktu sela yang pendek untuk “istirahat”.
Munculnya kepala bagian atas secara penuh disebut permahkotaan (crowning). Setelah permahkotaan, kelahiran akan terjadi setelah beberapa kali kontraksi dan mengejan. Bayi lahir dengan kepala lebih dulu terjadi pada 19 dari 20 kelahiran. Siasanya lahir dengan pantat terlebih dulu.

Pada awal persalinan ada rasa yang menusuk atau panas sekali sebagai tanda bahwa bayi sedang melonggarkan jalan di kanal kelahiran.

Pada saat anda merasakannya, berhentilah mengejan, tarik napas pendek-pendek dan cepat, dan biarkan kontraksi uterus yang mendorong bayi keluar. Hal ini berlangsung singkat, dan anda akan mengalami mati rasa pada saat kepala bayi melonggarkan liang vagina dan memblokir syaraf-syaraf yang sangat halus disekitarnya.

Staf medis akan memastikan tali pusar tidak melilit leher bayi. Bila diperkirakan jaringan vagina bisa koyak, mereka akan melakukan episiotomi—sayatan untuk menghindarkan koyak. Perlu diketahui bahwa vagina sangat elastis dan mampu merenggang, sehingga pada kelahiran tanpa komplikasi biasanya tidak memerlukan episiotomi.

Bila episiotomi dianggap perlu, anda akan diberikan anestesi lokal lalu area antara vagina dan rektum disayat sedikit agar liang lebih lebar untuk kelahiran. Area ini akan dijahit kembali setelah melahirkan. Para bidan biasanya sudah terlatih melakukan episiotomi.
Kepala bayi akan memutar dari sisi ke sisi untuk memudahkan perjalanannya. Ketika seluruh kepala sudah keluar, leher akan menegak dan kepala memutar untuk menyesuaikan dengan posisi pundaknya. Tubuh bayi akan terus berputar, mula-mula menggerakkan salah satu pundak lalu disusul pundak lainnya sepanjang kanal lahir. Bagian tubuh lainnya menyusul keluar dengan cepat, dan lahirlah sang bayi!



Fetal distress adalah istilah yang dipakai untuk masalah yang dialami bayi. Bayi seharusnya sudah lahir dalam waktu tertentu setelah membran air ketuban pecah. Dokter dapat mengukur tingkat fetal distress dengan cara memantau detak jantungnya. Apabila detakannya tidak segera membaik, dokter tidak akan mengikuti cara persalinan pilihan anda melainkan memilih cara lain yang lebih cepat. Episiotomi, operasi cesar, atau penggunaan forsep (tang jepit) mungkin diperlukan untuk memastikan bayi lahir dengan selamat.



Masalah yang membahayakan ibu dapat terjadi selama persalinan, tetapi dengan adanya fasilitas modern, hal ini sudah cenderung berkurang. Kondisi anda akan terus dipantau selama persalinan untuk mewaspadai munculnya tanda-tanda komplikasi.

Persalinan belum sempurna sebelum plasenta keluar. Biasanya hal ini terjadi antara 5 sampai 45 menit setelah bayi lahir.

Dinding uterus berkontraksi beberapa kali untuk melepaskan plasenta. Mungkin timbul rasa sakit tetapi intensitasnya lebih ringan ketimbang kontraksi untuk mendorong bayi keluar. Darah mengalir keluar dari vagina, tali pusar memanjang, uterus dan perut melembung pada saat plasenta keluar dari uterus menuju vagina, dan akhirnya uterus mengencang kembali.

Rabu, 26 Januari 2011

Tanda bahaya pada kehamilan

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya.( Uswhaya,2009:3)
Menurut Kusmiyati dkk, 2008, kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.
Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:
  1. Perdarahan pervaginam
  2. Mual muntah berlebihan
  3. Sakit kepala yang hebat
  4. Penglihatan kabur
  5. Nyeri perut yang hebat
  6. Gerakan janin berkurang
  7. Bengkak pada wajah, kaki dan tangan
  8. Nyeri perut yang hebat
  9. Selaput kelopak mata pucat
  10. Demam tinggi
  11. Kejang
  12. Keluar air ketuban sebelum waktunya

Perdarahan pervaginam

Pengertian

Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik.
Penanganan Umum

Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan meskipun tanda–tanda syok belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk segera memulai penanganan syok, yaitu pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan darah sesuai dengan keperluan.(Saifuddin,2002 : 18-19)
Macam–macam perdarahan pervaginam
  1. Abortus
  2. Kehamilan Mola
Abortus
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai.
Macam–macam abortus
  • Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Penanganannya: lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk), temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan, lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan. (Sarwono, 2001: 145)
  • Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.
  • Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
  • Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
  • Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
  • Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah: abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
  • Abortus imminens (keguguran membakat) adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat. Penanganan: tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual, jika: perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.Perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
  • Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Penanganan: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.(Mohctar, 1998 : 211–212)
Mola Hidatidosa

Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri.(Sarwono, 2007 : 142)
Penanganan umum: jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus, segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat).(Saifudin,2002:17)
Mual Muntah Berlebihan

Pengertian
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala–gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala–gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringanya penyakit.(Sarwono, 2005: 275)
Penanganan Umum
Mual muntah dapat diatasi dengan:
  1. Makan sedikit tapi sering
  2. Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak
  3. Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada makanan padat.
  4. Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering pada satu waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya.
  5. Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama sayuran serta makanan lain.
  6. Isap sepotong jeruk yang segar ketika merasa mual
  7. Hindari hal–hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi
  8. Istirahat cukup
  9. Hindari hal–hal yang membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang dapat memicu rasa mual (Curtis, 2000:28)
Komplikasi
Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. (Rochjati, 2003:2)
Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. (Uswhaaya, 2009: 4-5)
Penanganan Umum
  1. Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.
  2. Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya. (Saifuddin, 2002 : 33)
Komplikasi
Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia, suatu penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.(Irma, 2002:4)
Penglihatan Kabur

Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan.
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009: 5)
Penanganan Umum
  1. Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
  2. Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda–tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.(Saifuddin, 2002: 33)
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan antala lain kejang dan eklamsia
Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan

Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.
(Uswhaaja, 2009: 5-6)
Penanganan Umum
  1. Istirahat cukup
  2. Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak.
  3. Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi.(Hendrayani, 2009:3)
Komplikasi
Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan dengan tanda–tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium. (Rochjati, 2003:2)
Gerakan Janin Berkurang

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.
Penanganan Umum
  1. Memberikan dukungan emosional pada ibu
  2. Menilai denyut jantung janin (DJJ): a) Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang; b) Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan stetoskop Doppler. (Saifuddin, 2002 : 109)
Komplikasi
Komplikasi yang timbul adalah IUFD dan featal distress
Nyeri Perut Yang Hebat

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. (Saifuddin, 2002: 98)
Penanganan Umum
  1. Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi, respirasi, suhu)
  2. Jika dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas, waspada dan evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan cepat.
  3. Jika ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002: 98)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain: kehamilan ektopik; pre-eklampsia; persalinan prematur; solusio plasenta; abortus; ruptur uteri imminens (Irma,2008:7)
Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
Penanganan Umum
  1. Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG
  2. Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakan dengan urin.
  3. Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.
  4. Mengobservasi tidak ada infeksi
  5. Mengobservasi tanda–tanda inpartu (Saifuddin, 2002: 112)
Komplikasi
  1. Perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
  2. Tanda–tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)
  3. Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm (Saifuddin, 2002: 114)
Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala–gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia
Penanganan
  1. Baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah
  2. Bebaskan jalan nafas
  3. Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
  4. Lakukan pengawasan ketat (Saifuddin, 2002:34)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi, proteinuria (Saifuddin, 2002:34)
Demam Tinggi

Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.
Penanganan Umum
Demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak, kompres untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002: 84)
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain: sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran kemih atas). (Saifuddin, 2002:86)
Selaput Kelopak Mata Pucat

Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi.
Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat daripada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia.
Penanganan
Anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat cukup. (Curtis, 2000: 47)
Komplikasi
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran. (Ayurai, 2009: 4).
Referensi :
Curtis,G.B.2002. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta.
Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Irma. 2008. Tanda Bahaya Kehamilan. http:// www.masdanang.co.cc Juni 20, 3:50 am
Kusmiyati, Y. DKK. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Jakarta
Masdanang.2008. Tanda Bahaya Kehamilan. http:// www.masdanang.co.cc June 20, 2008 – 3:41 am
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
Nurweni, 2009. Gambaran Tingkat pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Trimester I Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di RB Citra Prasasti I Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah.
Prawirohardjo, 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Berpergian di Masa Kehamilan

Karena 50% lebih kehamilan bersifat tidak direncanakan, maka wanita di usia produktif sebaiknya tetap mendapatkan imunisasi ketika melakukan pengecekan rutin, jikalau rencana bepergian itu secara kebetulan bersamaan dengan kondisi kehamilan (yang tidak terencana tersebut).
Imunisasi  yang diberikan sebelum kehamilan lebih baik dibandingkan pemberian imunisai di saat hamil, karena dapat mengurangi resiko pada janin di dalam kandungan. Wanita harus menunda kehamilannya minimal 28 hari setelah pemberian  vaksin hidup (contoh: vaksih MMR), karena adanya resiko transmisi (vaksin hidup) kepada janin. Namun demikian, sebuah studi kecil dari wanita yang menerima vaksin hidup di masa kehamilan – secara tidak sengaja – tidak menemukan hubungan yang definitif  antara pemberian vaksin dan kehamilan yang rentan/membahayakan. Oleh karena itu, terminasi kehamilan tidak direkomendasikan setelah adanya resiko dari ketidaksengajaan tersebut.
Menurut American College of Obestrics and Gynecology, waktu yang paling aman bagi wanita hamil untuk bepergian adalah pada trimester kedua ( minggu ke-18 hingga minggu ke-24), di mana pada saat itu ibu hamil merasa dalam kondisi yang baik dan paling kecil kemungkinannya mengalami aborsi spontan atau kelahiran prematur. 
Pada trimester ketiga, ibu hamil disarankan untuk menunda kepergian ke luar negeri dengan pertimbangan dalam hal akses untuk mendapatkan perawatan kesehatan jika mengalami masalah kesehatan seperti hipertensi, phlebitis, atau kelahiran prematur. Ibu hamil juga disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau tenaga medis sebelum melakukan perjalanan.
Kolaborasi antara ahli kesehatan untuk perjalan dengan  dokter kandungan (obstetricians) akan sangat membantu ibu hamil dalam menimbang keutamaan maupun resiko berdasarkan tujuan perjalanan dan pengukuran perawatan dan tindakan preventif yang dapat dilakukan.  Secara umum, ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang serius disarankan untuk tida melakukan perjalanan ke negara berkembang.
Potensi Kontraidikasi pada Perjalanan Internasional di Masa Kehamilan :
Faktor Resiko Kehamilan
  • Riwayat keguguran
  • Leher rahim yang lemah (incompetent cervix)
  • Riwayat kehamilan di luar kandungan (sebelum bepergian, harus dipastikan bahwa kehamilan sekarang bukan kehamilan di luar kandungan/ectopic pregnancy)
  • Riwayat kelahiran prematur atau pecah ketuban dini
  • Riwayat atau sedang mengalami kelainan pada plasenta
  • Terancam kemungkinan aborsi atau pendarahan pada kehamilan sekarang
  • Kehamilan lebih dari satu janin (kembar) pada kehamilan saat ini
  • Kelainan pada perkembangan janin
  • Riwayat toxemia,  hipertensi, atau diabetes pada kehamilan
  • Kehamilan pertama pada wanita usia 35 tahun atau lebih, atau kehamilan pertama pada wanita usia 15 tahun atau kurang.
Faktor Resiko Kesehatan Umum :
  • Riwayat penyakit thromboembolic
  • Hipertensi pada paru-paru (pulmonary hypertension)
  • Asma hebat atau penyakit kronik paru-paru lainnya
  • Penyakit jantung valvular (jika NYHA adalah kelas III atau IV gagal jantung)
  • Cardiomyopathy
  • Hipertensi
  • Diabetes
  • Gagal ginjal
  • Anemia berat atau hemoglobinopathy
  • Tidak berfungsinya sistem organ yang membutuhkan pengobatan yang sering
Bepergian ke Tempat Tujuan yang memiliki potensi berbahaya :
  • Ketinggian dari permukaan laut yang cukup jauh
  • Daerah yang terkena wabah penyakit yang di mana infeksi lewat makanan atau serangga
  • Area yang mengalami  wabah malaria di mana P. falciparum resisten terhadap chloroquine
  • Daerah di mana vaksinasi dibutuhkan dan direkomendasikan
Persiapan Bepergian di Masa Kehamilan
Ketika ibu hamil memutuskan untuk melakukan rencana perjalanan,  beberapa hal harus dipertimbangkan sebelum keberangkatan:
  • Sebelum perjalanan dokter harus memastikan bahwa kehamilan adalah kehamilan intrauterine, dan mengecualikan kehamilan ectopic (kehamilan di luar kandungan) untuk melakukan perjalanan tersebut.
  • Kebijakan asuranasi kesehatan umum bisa atau tidak bisa menyediakan coverage (proteksi) untuk pembiayaan kesehatan pada saat di luar negeri. Ibu hamil yang akan melakukan perjalanan harus menanyakan kepada pihak asuransi proteksi apa saja yang mereka dapatkan, dan jika diperlukan, meminta kebijakan tambahan dari asuransi tersebut untuk kebutuhan perjalanan ini.  Karena banyak peruhaan asuransi yang tidak memiliki kebijakan proteksi untuk masalah yang berhubungan dengan kehamilan, maka penting untuk mendapatkan klarifikasi mengenai proteksi yang didapatkan.
  • Memeriksa fasilitas kesehatan di tempat tujuan.  Untuk ibu hamil di trimester ketiga,  yang perlu diperhatikan adalah sarana yang memadai jika terjadi komplikasi kehamilan, toxemia, operasi caesar, ataupun perawatan bagi penyakit pada neonatus.
  • Tentukan sebelumnya mengenai apakah perawatan prenatal diperlukan dan siapa yang akan memberikan perawatan tersebut. Ibu hamil yang akan melakukan perjalanan harus memastikan bahwa mereka tidak lupa untuk melakukan pengecekan kehamilannya untuk periode tertentu.
  • Tentukan sebelumnya apakah ada pemeriksaan darah rutin untuk skrining HIV dan hepatitis B dan hepatitis C di tempat tujuan. Ibu hamil harus memperhatikan keamanan dari transfusi darah – jika diperlukan – ketika membuat rencana perjalanan internasional. Ibu hamil yang melakukan perjalanan juga harus sudah mengetahui golongan darahnya, dan ibu hamil yang memiliki Rh-negatif harus mendapatkan anti-D immune globulin (produk yang berasal dari plasma) di umur sekitar 28 minggu kehamilan.  Dosis immunoglobulin ini diberikan berulang setelah kelahiran apabila sang bayi memiliki Rh positif.
  • Pastikan kapan musim influenza mulai dan berakhir di tempat tujuan dan dapatkan vaksinasi influenza  yang sesuai.
Rekomendasi Umum bagi Ibu Hamil yang Bepergian
Ibu hamil disarankan untuk ditemani setidaknya dengan satu orang teman ketika melakuan perjalanan.  Ibu hamil juga seharusnya diberitahukan bahwa tingkat kenyamanan – pada saat hamil – akan sangat dipengeruhi oleh perjalanan itu sendiri.
Resiko Paling Tinggi di Perjalanan selama Kehamilan :
Kecelakaan Kendaraan Bermotor
  • Sabuk pengaman harus digunakan setiap saat
  • Mengencangkan sabuk pengaman di area pinggul, bukan dengan menyilangkan pada perut bagian bawah.  Pembatasn di pangkuan atau bahu adalah yang paling baik
Pada kebanyakan kecelakaan, janin pulih lebih cepat karena adanya tekanan oleh sabuk pengaman. Namun demikian, perlu dilakukan konsultasi dengan dokter untuk memeriksa adanya trauma ringan.
Hepatitis E
  • Hepatitis E tidak dapat dicegah dengan vaksinasi dan berbahaya terutama bagi wanita hamil
Ibu hamil disarankan untuk menghindari air atau makanan yang kemungkinan berpotensi terkontaminasi oleh virus penyebab Hepatitis E
Scuba Diving/Menyelam
Scuba diving harus dihindari di masa kehamilan untuk menhindari  sindrom dekompresi pada janin
Masalah yang sangat mungkin timbul adalah masalah yang pada umumnya dialami oleh ibu hamil kebanyakan:  kelelahan, nyeri ulu hati, gangguan pencernaan, konstipasi,  keputihan, kram pada kaki, meningkatnya frekuensi buang air kecil, dan wasir (hemorrhoids).
  • Pada saat bepergian, ibu hamil dapat melakukan tindakan pengukuran preventif, termasuk di dalamanya adalah menghindari makanan atau minuman yang dapat memporduksi gas sebelum melakukan penerbangan (gas yang terperangkap ini bisa meningkat pada altitude yang lebih tinggi), dan melakukan gerakan kaki secara periodik (untuk mengurangi terjadinya bendungan di pembuluh darah vena.
    • Ibu hamil harus selalu menggunakan sabuk pengaman ketika duduk, di mana turbulensi di udara sulit untuk diprediksi dan bisa menyebabkan trauma yang signifikan.
Tanda-tanda dan gejala-gejala yang mengindikasikan butuhnya perawatan medis seperti pendarahan dari vagina, keguguran, atau bekuan darah, nyeri dan kram pada perut, pecah ketuban, sakit pada kaki yang berlebihan, sakit kepala, atau masalah pada penglihatan.
Perjalanan Udara di Masa Kehamilan
Maskapai penerbangan komersial tidak memiliki resiko khusus bagi ibu hamil yang sehat atau janin ibu hamil tersebut.  The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyatakan bahwa ibu hamil tunggal dan sehat dapat bepergian dengan penerbangan hingga kehamilan berumur 36 minggu.
  • Tekanan kabin yang rendah (dipertahankan pada ekivalen 1,524 – 2,438 meter) memberikan efek yang minimal pada pemberian oksigen pada janin.
  • Jika suplai oksigen dibutuhukan pada waktu penerbangan dikarenakan masalah kesehatan sebelumnya, makan pengaturan untuk kebutuhan oksigen harus dipersiapkan di awal.
  • Anemia berat, atau memiliki riwayat thrombophlebitis adalah kontraindikasi relatif terhadap penerbangan.
  • Wanita hamil dengan posisi plasenta yang abnormal, atau memiliki resiko lahir prematur, harus menghindari perjalanan udara.
Kebijakan Maskapai Penerbangan dan Keamanan di Bandara
Setiap maskapai penerbangan memiliki kebijakan sendiri yang berhubungan dengan kehamilan dan penerbangan; sangatlah perlu bagi ibu hamil untuk memastikan kebijakan (penerbangan bagi ibu hamil) kepada maskapai tersebut sebelum memesan tiket perjalanan, karena beberapa maskapai ada yang meminta pengisian dan kelengkapan formulir kesehatan. Perjalanan domestik (dalam negeri) biasanya mengizinkan perjalanan bagi ibu hamil dengan usia kandungan hingga 36 minggu, dan perjalan internasional mengijinkan perjalanan dengan usia kandungan pada 32-35 minggu, tergantung dari masing-masing maskapai. Wanita hamil disarankan untuk membawa dokumentasi yang berisi data tanggal ekspektasi kelahiran, informasi nomor telepon dokter kandungan, dan golongan darah.
Untuk pilot dan pramugari yang sedang hamil, perjalanan bekerja di udara melarang mereka untuk bekerja setelah umur 20 minggu kehamilan.
Resiko terhadap radiasi keamanan di bandara sangat kecil bagi ibu hamil dan tidak ditemukan hubungan dengan kesehatan dari  janin ketika dilahirkan. Namun demikian, ada beberapa laporan yang menghubungkan bahwa exposure radiasi kepada ibu hamil dapat meningkatkan resiko leukemia dan kanker pada anak, ibu hamil dapat meminta pencarian dengan menggunakan tangan untuk menghindari terkena radiasi dari mesin yang digunakan sebagai alat pengecekan di bandara.
Tips Umum
  • Tempat duduk di lorong yang dekat dengan dinding/sekat pemisah, merupakan tempat yang paling luas dan nyaman, sedangkan kursi di dekat sayap pesawat akan memberikan perjalanan yang paling tenang (minim goncangan)
  • Ibu hamil disarankan untuk berjalan kaki di lorong setiap setengah jam ketika perjalanan sedang tenang (minim goncangan) dan sering melenturkan serta merentangkan pergelangan kaki  untuk mencegah phlebitis (inflamasi pada pembuluh darah di kaki)
  • Dehidrasi bisa menyebabkan menurunnya aliran darah pada plasenta dan menyebabkan wasir, dan meningkatkan resiko terjadinya thrombosis. Oleh karena itu, ibu hamil harus banyak minum/mendapatkan cairan selama penerbangan.
Perjalanan pada Ketinggian di Masa Kehamilan
Belum ditemukannya laporan yang menyatakan bahwa ada kelainan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang melakukan perjalanan di ketinggian ketika si ibu sedang mengandung bayi tersebut. Namum demikian, tujuan yang berada di altitude yang tinggi, kadang sulit untuk mendapatkan perawatan kesehatan, terutama pada keadaan darurat.  Saran konservatif bagi ibu hamil adalah menghidari tempat dengan ketinggian dari permukaan laut di tas 3,658 meter.
Makanan dan Penyakit yang Ditularkan melalui Air selama Masa Kehamilan
  • Hindari makanan dan air di negara-negara berkembang dengan ketat, karena konsekuensinya bisa lebih dari terkena diare dan bisa terkena kondisi yang lebih serius (contoh: toxoplasmosis, listeriosis)
  • Air minum harus dimasak mendidih untuk menghindari efek samping penggunaan jangka panjang dari sistem purifikasi yang menggunakan iodin. Tablet Iodin dapat digunakan di dalam perjalanan hingga beberapa minggu,  namun penggunakan obat yang menggunakan iodin pada saat kehamilan dapat menyabakan penyakit gondok bawaan (congenital goiters).
  • Rehidrasi oral adalah terapi yang paling mendasar bagi penderita diare (contoh: oralit).
  • Penggunaan komposisi bismuth subsalicy bersifat kontraindikasi, karena secara teori dapat menyebabkan resiko dari perdarahan pada bayi dari slicylates dan teragecinity yang berasal dari bismuth.
  • Kombinasi dari kaolin dan pectin dapat digunakan, dan loperamide bisa digunakan ketika benar-benar dibutuhkan.
  • Penggunaan antibiotik bagi orang bepergian yang mengalami diarea di masa kehamilan bisa menyebabkan komplikasi,  Azithromycin atau generasi ketiga dari cephalosporin bisa dijadikan pilihan untuk pengobatan, jika antibiotik diperlukan.
Malaria di Masa Kehamilan
Disarankan bagi ibu hamil untuk menghindari daerah yang endemi-malaria, jika mungkin. Ibu hamil yang memilih untuk melakukan perjalanan ke daerah yang terkena wabah malaria bisa mengurangi resiko terkena malaria dengan mendapatkan chemoprophylaxis (pencegahan dengan pengobatan) malaria yang cukup dan mengetahui serangga yang berbahaya yang bisa menularkan penyakit tersebut. Menggunakan lotion anti nyamuk yang direkomendasikan untuk orang dewasa, tapi jika hanya dibutuhkan. Obat semprot yang mengandung pyrethrum dapat juga digunakan di dalam ruangan jika serangga menjadi masalah.
Pengobatan Antimalaria
Untuk ibu hamil yang melakukan perjalanan ke daerah yang beresiko terkena malaria, di mana Plamodium falciparum (protozoa penyebab malaria) sensitif terhadap chloroquine, maka penggunaan cholorquine dapat diberikan kepada ibu hamil sebagai pencegah penyakit ini, di mana selama bertahun-tahun tidak ditemukan/tercatat adanya hubungan penggunaan chloroquine dengan bayi dengan cacat lahir.  Adapun di daerah beresiko malaria di mana P. falciparum resisten terhadap chloroquine, maka mefloquine dapat digunakan sebagai obat pencegahan terkena penyakit malaria.  Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa penggunaan mefloquine tidak memberikan resiko terjadinya aborsi spontan (keguguran) atau cacat lahir ketika obat tersebut diminum pada trimester pertama.
Karena tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan chloroquine dan mefloquine menyebabkan cacat bawaan pada bayi, CDC tidak merekomendasikan wanita yang berencana untuk hamil harus menunda kehamilannya untuk beberapa waktu setelah mendapatkan pengobatan profilaksis tersebut. Doxycycline dan primaquine merupakan kontraindikasi untuk pencegahahan malaria di masa kehamilan, karena dapat menyebabkan kelainan pada janin.  Atovoquone/proguanil juga tidak direkomendasikan bagi ibu yang sedang hamil karena kurangnya hasil studi penggunaan obat tersebut pada ibu hamil.
Perawatan dan Manajemen
Malaria harus diperlakukan sebagai pengobatan emergensi bagi para ibu hamil yang melakukan perjalanan. Wanita yang melakukan perjalanan di tempat yang memilki P. falciparum yang resisten terhadap chloroquine harus dirawat seperti seseorang yang menderita Malaria. Manajemen perawatan malaria bagi ibu hamil adalah penentuan frekuensi glukosa darah dan pengawasan pemberian cairan (hati-hati untuk tidak memberikan terlalu banyak cairan melalui jalur infus).
Imunisasi untuk Ibu Hamil yang Melakukan Perjalanan
Resiko vaksinasi terhadadap perkembangan janin dari ibu hamil yang mendapatkan imunisasi sifatnya teoritis.  Tidak terdapat bukti bahwa terdapat resiko dari ibu hamil yang divaksinasi dengan virus yang tidak aktif, atau vaksin bakteri atau toxoids. Keuntungan dari pemberian vaksinasi pada ibu hamil biasanya melebihi dari resiko potensial ketika paparan pada penyakit tersebut tinggi, dan ketika infeksi memberikan resiko dari ibu ke janin, dan ketika vaksin secara umum tidak membahayakan.
Peralatan Kesehatan di Perjalanan pada Masa Kehamilan
Bedak talek, termometer, garam rehidrasi oral, vitamin prenatal, salep anti jamur untuk mencegah infeksi pada vagina, acetaminophen, tabir surya dengan kadar SPF tinggi, harus dibawa selama perjalanan. Wanita pada trimester ketiga disarankan untuk membawa pengukur tekanan darah dan urine dipsticks dan dokter harus melatih ibu hamil tersebut cara untuk menggunakan alat tersebut untuk memeriksa apakah ada hipertensi, proteinuria dan glucosuria, dan hal lain yang membutuhkan batuan medis dengan segera.  Obat-obatan antimalaria dan anti-diare harus dievaluasi secara individu, bergantung pada rencana perjalanan yang akan dilalui dan riwayat kesehatan si ibu tersebut.  Hampir semua obat-obatan sebaiknya dihindari, jika memungkinkan.